Cari Sesuatu ?

Google

Friday, April 11, 2008

BONGKAR BUKU TENTANG EPISTEMOLOGI

Epistemologi selalu menjadi bahan yang menarik untuk dikaji, karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun teori pengetahuan yang diperoleh manusia menjadi bahan pijakan. Konsep-konsep ilmu pengetahuan yang berkembang pesat dewasa ini beserta aspek-aspek praktis yang ditimbulkannya dapat dilacak akarnya pada struktur pengetahuan yang membentuknya. Dari epistemologi, juga filsafat –dalam hal ini filsafat modern – terpecah berbagai aliran yang cukup banyak, seperti rasionalisme, pragmatisme, positivisme, maupun eksistensialisme
Secara etimologi, epistemologi merupakan kata gabungan yang diangkat dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu episteme dan logos. Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos lazim dipakai untuk menunjukkan adanya pengetahuan sistematik. Dengan demikian epistemologi dapat diartikan sebagai pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan. Webster Third New International Dictionary mengartikan epistemologi sebagai "The Study of method and ground of knowledge, especially with reference to its limits and validity"
Gudang kami memiliki koleksi berbagai buku yang sengaja membahahas Epistemologi, dan akan kami bongkar buku per buku

Tuesday, April 1, 2008

FILSAFAT ILMU CITARASA ISLAMI


Citarasa Islamic nampak pada buku “Filsafat Ilmu” [dari hakikat menuju nilai], karya Drs.Cecep Sumarna, M.Ag.
Dalam buku dihadirkan pemikirdan filosof muslin. Seperti Ibnu Rusyd [1198 M] yang di Barat lebih kenal dengan Averoes, Al Farabi [950M], Ibnu Sina [1037M] yang familiar disebut Avicenna, serta Al Raji [1209M].
Menurut penulis buku ini, para filosof Muslim telah mampu menyusun kerangka epistemology ilmu dan filsafat ilmu dalam tiga bingkai yang sangat luar biasa perkembangannya.
Kelompok ini menawarkan tiga metodologi yang mendasari lahirnya epistemology ilmu pengetahuan. Tentunya memiliki perbedaan dengan epistemology Yunani, yang cenderung membatasi pengetahuan hanya pada ranah empirisme dan rasionalisme.
Para filosof muslim melihat bahwa epistemology penngetahuan terdiri dari tiga yakni:



  1. Bayani
  2. Irfani
  3. Burhani.

Bayani:
Bayani adalah sebuah model metodologi berfikir yang didasarkan atas teks kitab sufi. Teks suci menurut metodologi ini dianggap memiliki otoritas penuh untuk memberikan arah dan makna terhadap kebenaran. Rasio hanya digunakan sebagai pengawal sekaligus memberikan pengamanan otoritas teks
Irfani:
Irfani adalah model metodologi berfikir yang didasarkan atas pendekatan dan pengalaman langsung [direct experience] atas realitas spiritual keagamaan. Oleh karena sasaran bidiknya adalah esoteric atau bagian batin teks. Rasio dimanfaatkan untuk menjelaskan pengalaman spititual.
Burhani:
Burhani adalah kerangka berfikir yang tidak didasarkan atas teks suci, maupun pengalaman. Sasaran bidiknya eksoteris, sehingga cara kerjanya atas dasar keruntutan logika. Pada tahap tertentu, keberadaan teks suci dan pengalaman spiritual dapat diterima jika sesuai dengan aturan logis. [Hlm 13]

Dalam memaparka makna filsafat ilmu citarasa hakikat nilai-nilai selalau dikedepankan, hal ini sangat bertautan dengan judul buku ini. “Filsafat Ilmu dari Hakikat menuju nilai”
Makna Filasafat Ilmu:
Dilihat dari obyek kajiannya, filsafat ilmu mempersoalkan dan mengkaji segala persoalan yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan.

  1. Filsafat ilmu memfokuskan pembahasan dalam metodologi pengetahuan. Ilmu merupakan salah satu cara untuk mengerti bagaimana budi manusia bekerja. Ilmu pengetahuan merupakan karya budi yang logis dan imajinatif. Ilmu bersifat empiris, sistematis, observatif dan obyektif.
  2. Filsafat ilmu bertugas membuka pikiran manusia agar mempelajari dengan serius proses logic dan imajinatif dalam cara kerja ilmu pengetahuan
  3. Filsafat ilmu berbicara tentang metode ilmu pengetahuan, bagaimana pengembangannya dan bagaimana prinsip-prinsip penerapannya.
  4. Filsafat ilmu menjadi bagian dari epistemology [filsafat pengetahuan]. Ilmu merupakan cabang pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu.
  5. Filsafat ilmu merupakan telaah secara filsafati yang bertujuan untuk menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu: [hlm:40]

Ditilik dari Judul Buku, penulisnya Drs. Cecep Sumarna, M.Ag ingin mengedepankan filsafat ilmu dalam ranah hakikat nilai. Oleh karenya buku ini menorehkan pentingnya ilmu dari pilar nilai dan kegunaannya, yang sering disebut dengan “Aksiologi”.
Sorotan Hakikat nilai:

Menurut buku ini Archie J. Bahm disebut sebagai salah satu figure kunci ilmuwan yang menghendaki adanya nilai dalam ilmu pengetahuan. Melalui bukunya what is Science yang ditulis pada tahun 1980, menggambarkan kegelisahan Archie J.Bahm terhadap perkembangan ilmu di dunia Barat kontemporer yang hampir sama sekali mengabaikan nilai. Dalam bukunya, ia menghendaki adanya pengakuan akan pentingnya aksiologi dan nilai-nilai bagi ilmu. [Hlm: 117]
Menurutnya, masalah yang amat kental adalah adanya dampak negative teknologi sebagi akibat ilmu dan teknologi tidak dilengkapi dengan aksiologi, etika, religiousitas dan sosiologi. Ilmu telah ditempatkan seolah sama sekali bebas nilai.
Fenomena hancurnya Kota Hiroshima dan Nagasaki Jepang yang dibom sekutu [1945] dan telah meluluh lantakan dua Kota besar Jepang itu, menggugah para ilmuwan untuk merefleksikan kejadian tersebut.
Muncullah pertanyaan-pertanyaan dari hasil refleksi antara lain:
Apakah pengeboman tersebut bersifat susila?, apakah penggunaan bom yang demikian dahsyat itu dapat dibenarkan?
Kondisi lain juga dipaparkan sebagai wujud pengabaikan “aksiologi”, yakni pencemaran lingkungan di mega-mega politan dan eksploitasi berlebihan terhadap sumber alam.
Hasil seni juga disoroti, seperti film-film yang semakin jauh meninggal nilai-nilai susila. [Hlm: 119].
Sebenarnya perkembangan nilai-nilai dalam ilmu pengetahuan, telah lama berlangung. Zaman Yunani kuno, khususnya ketika plato menyatakan:”Sumum Bonum ‘ [kebaikan tertinggi]. Telah tergambarkan bahwa ilmu pengetahuan lahir dengan sah ketika memberikan kontribusi pada kemaslahatan manusia. Apabila ilmu telah mengantongi nilai-nilai itu, maka dapat diindikasikan telah memasuki domain kebaikan tertinggi.
Di Zaman pertengahan , Thoma Aquinas membangun pemikiran tentang pentingnya nilai tertinggi sebagai penyebab final [causa prima] dalam diri Tuhan sebagai keberadaann kehidupan, keabadian dan kebaikan tertinggi.
Immanuel Kant tokoh penting aufklarung juga memperlihatkan hubungan natara pengetahuan dengan moral, estetika dan religius. [Hlm: 121]
Wusana kata :
Jadi buku ini titik beratnya pada “aksiologi”. Buku ini menyatakan bahwa ilmu pengetahun dalam melihat keberadaan [ontology], dan capaiannya dengan metodologi [epistemology] tidaklah cukup. “Aksiologi” memberikan bintang pengarah, bahawa ilmu pngetahuan harus berada pada koridor nilai-nilai. Mulai dari manfaatnya hari ini dan hari esok. Eksplotasi sumber daya alam, yang mengabaikan nilai-nilai, adalah suatu upaya pemusnahan hakikat keberadaan manusia itu sendiri.
Ilmu pengetahaun yang melahirkan teknologi harus dibingkai dengan nilai-nilai, etika, estetika, dan religiousitas. Tanpa bingkai tersebut kehancuran dunia tidak terlalu lama menunggu waktu. Fenomena hancurnya dua kota di Jepang 1945 akibat bom atom, membangun pikiran-pikiran jernih dan menanyakan secara mendalam apakah keguanaan ilmu itu sendiri]
DETAIL BUKU:
JUDUL : Filsafat Ilmu dari Hakikat menuju nilai.
PENGARANG : Drs. Cecep Sumarna, M.Ag.
PENERBIT: Pustaka Bani Quraisy. Jl. Sukanegara No. 7. Ters. Indramayu, Antapani Bandung 40291. Phone, Fax : [022-7200538]. E-mail : pbq_bandung@yahoo.com.
Dan pbq_bdg@hotmail,com
ISBN : 979-3576-31-6
CETAKAN : 2004
JUMLAH HALAMAN: 172.