Cari Sesuatu ?

Google

Wednesday, February 10, 2010

DIALOG EPISTEMOLOGI

Buku mendialogkan dua pemikir Mohammad Iqbal dan Charles S. Peice. Epistemologi adalah materi yang didialogkan. Ketajaman kedua pemikir itu memilki citarasa yang berbeda ketika melihat epistemologi dari berbagai dimensi. Dalam buku ini kedia pemikir mengritisi para filsuf terdahulu dalam memandang ilmu, sekaligus juga mempertontonkan kelemahan-kelemahan para pemikir pendahulunya. Dengan lantangnya mulai Plato, Rene Decartes hingga Imanuel Kant dikritisi.
SIAPA MOHAMMAD IQBAL DAN CHARLES S.PIERCE ?
Mohammad Iqbal (1876-1983)
Lahir pada 24 Dzulhijah 1289 atau 22Pebruari 1873 di Sialkot Punjab dan meninggal pada 20 April 1938. Berasal dari keluarga kasta Brahma Kasymir. Iqbal adalah seorang agamawan yang salih dan filsuf cemerlang yang menghayati tradisi intelektual muslim dan pemikiran modern. Iqbal mendalami prinsip-prinsip dasar serta ide-ide modern fisika, biologi, dan hidup sosial. Disamping agamawan juga dikenal sebagai seorang eksitensialis karena pemikiran-pemikirannya. Epistemologi Iqbal termasuk dalam tipe modern karena epistemologinya lebih menekankan pada "Teori Ilmu Pengetahuan" dan "Sumber-sumner ilmu"
Charles S.Pierce (1839-1914)
Dikenal sebagai perintis dan tokoh utama aliran filsafat pragmatisme. Pierce juga termasuk salah satu pioner dalam logika matematika abad ke-19. Secra profesional, ial adalah seorang ilmuwan praktisi: ahli geodesi, astronomi, dan kimia. Epistemologi Peirce berlatar belakang prgamatis dan ahli logika, epistemologinya banuak disampaikan melalui mlogikanya, oleh karenanya epitemologi Pierce digolongkan sebgai epistemologi kontemporer
PIKIRAN IQBAL:
  • Ilmu pengetahuan merupakan kekuatan jika disertai tindakan. Kekuatan inilah yang memberi bentuk pada lingkungannya
  • Menemukan bahwa diri manusia itu sendiri terdapat seperangkat alat yang berfungsi untuk memperoleh ilmu pengetahuan, seperti pancaindera, akal dan intuisi.
  • Menekankan pada "asal-usul ilmu" dan daya tangkap manusia dalam memperoleh ilmu, seperti negindera, berpikir, dan merasa.
  • Sering menggunakan istilah akal dengan kata reason, thought, dan intelect. Intellect (akal) bagi Iqbal adalah suatu keniscayaan karena dia akan memformulasi ide-ide, memegangi maknanya, mengakses manfaatnya, membuat, menguji dan melaksanakan rencana-rencana.
  • Berusaha memadukan antara pancaindera, akal, dan intuisi
  • Alam dalam pandangan Iqbal merupakan kosmos dari kekuatan yang saling berhubungan. Hendaknya, ilmu dinilai dengan konkret. Hanya kekuatan intelektual yang menguasai, yang konkretlah yang akan memberi kemungkinan kecerdasan manusia manusia melampaui konkret.
  • Pada era modern, pengetahuan harus bersandar pada pengalaman indera, tetapi untuk mencapai wahyu, secara langsung tidak dapat dilakukan melalui panca indera dan rasio, tetapi harus melalui pengalaman yang khususyang disebut intuisi. Melalui intuisi manusia dapat menangkap dan meamahami realitas mutlak.
Telah membedakan fungsi intuisi dan indera, serta akal yang melahirkan ide, bahwa yang pertma memiliki fungsi metafisik-teologis, sedangkan dua terakhir memiliki fungsi epistemologis
Sumbangan Pikiran Pierce:
Kebenaran trnsendental (Trancendental Truth), kebenaran yang berada secara inherent dalam setiaqp setiap sesuatu "sebagai sesuatu itu sendiri"(Think As Think). Kebenaran merupakan karakter real (real character) yang dimiliki oleh ssesuatu obyek, baik diketahui maupun tidak.
  • Kebenaran komplek (Complex truth) yang berupa kebenaran-kebenaran proporsional. Jenis ni dapat dibagi menjadi jenis-jenis yang lebih rinci, seperti kebenaran etik (ethical truth) atau Veracity yang berdasar pada kesesuaian sebuah proposisi denga keyakinan seorang pembicara (atau penulis). serta kebenaran logis (logical truth) yang kriterianya adalah kesesuaian sebuah proposisi terhadap realitas.
  • Ilmu pengetahuan digambarkan sebagai pencarian manusia yang memiliki karakter khusus, ketika kejujuran terus menerus menampakkan diri, seperti metabolisme dalam tubuh dan tumbuh: Science as pursuit of living men, and that its most marked characteristic is that when it is guine, it is in an incessant state of matebolishm and growth"
  • Ilmuwan harus m,enjadi orang tulus, baik terhadap diri sendiri maupun ornag lain. sementara cintanya terhadap kebenaran lambat laun menjadi satu hingga ia menjadi orang jujur dan terbuka: A Scientific man must be singgle minded and cincere with himself. Otherwise, his love of truth will melt away, at once. He can therefore, hardly be otherwise than an honest, fair-minded man.
  • Kemajuan nyata dari ilmu pengetahuan bergantung, baik pada praksis ilmiah maupun pada ide-ide spekulatif. Idealisme tidak menjadikan teorinya sebagai pokok kemajuan ilmiah, sedangkan materialisme tidak meningkatkan praksisnya dengan teori-teori yang berarti.
  • Teori yang baik harus mengarah pada penemuan-penemuan fakta-fakta baru dan konsekuensi pemikiran yang sungguh-sungguh logis dan terbuka untuk pengujian dalam rangka konsekuensi-konsekuensi yang dapat diramalkan.
  • Konstruksi logika Peirce bertumpu pada tiga macam argumen, yaitu ninduksi, deduksi, dan abduksi.
  • Kebenaran sebuah teori betapa pun baiknya harus tetap diterima secara tentative, dalam arti kebenarannya dapat diterima sepanjang belum ditemukan teori lain yang lebih powerful. Prinsip bahwa sebuah teori tidak boleh diperlakukan mutlak, a priori dan hanya bersifat tentative, dikenal dengan prinsip Fallibilism
  • Bahwa pengetahuan ilmiah bukabnlah sesuatu yang pasti sempurna dan melampui pencaian obyeknya. Ilmu pengtahuan tidak pernah mencapai formulasi yang final absolut mengenai alam semesta.
  • Fallibilism bukan rasa tidak percaya terhadap pengetahuan ilmiah, tetapi diwataki oleh keyakinan argumentasi, bahwa pengetahuan ilmiah adalah pengetahuan yang terbaik yang kita miliki, dan bahwa metode ilmiah, hanyalah metode yang dapat dipercaya untuk menetapkan.
PEIRCE filsafat dan ilmu pengetahuan:
Pertama: metode itu akan memberiarti pada ide-ide filosofis dalam rangka ekperimen
Kedua: menyusun dan memperluas ide-ide dan kesimpulan sampai mencakup fakta-fakta baru.
Data buku
JUDUL: Dialog Epistemologi Mohammad Iqbal dan Charles S. Pierce
PENULIS: Dr. Rodliyah Khuza'i M.Ag
PENERBIT: PT Refika aditama. Jl. Mengger Girang No. 98. Bandung 40254. Telp: [022-5205985. E-mail: refika@rad.net.id.
CETAKAN: Pertama; Januari 2007
ISBN: 979-1073-30-9
TEBAL: xvii + 176 halaman
Bab yang dibahas:
  • Epistemologi Modern dan Kontemporer
  • Latar Belakang Sosial Politik Intelektual di India dan Amerika Abad ke 19
  • Konstruksi Pemikiran Epistemologi M. Iqbal dan Charles S. Pierce
  • Logika Intuitif Versus Logika Ilmiah

Thursday, February 4, 2010

INTEGRASI ILMU DAN AGAMA

"Hubungan ilmu dan agama, baik dalam ranah ontologis, epistemologis maupun aksiologis selalu menyisakan persolan yang tidak pernah selesai dibicarakan"
Buku ini berusaha menjawab hubungan ilmu dan agama melalui pendekatan filosofis, karena menurut pendapat [penulis buku ini, filsafatlah yang secara netral dan proporsional dapat menjembatani sekaligus mempertemukan dua domain ini. Buku ini akan menjawab dua pertanyaan pokok: 1). Bagaimana konsep hubungan ilmu dan agama ini dibicarakan secar5a akademik, dan 2). bagaimana ahkikat integrasi ilmu dan agama baik dalam ranah ontologis, epistemologis dan aksiologis.
Dalam mengekplorasi hubungan ilmu dan agama ini, penulis menggunakan pandangan-pandangan seorang pemikir Islam kelahiran Persia, Yaitu Mulla Sadra (1572-1641).
pemikiran Mulla Sadra, sebagai bagian dari fragmentasi perkembangan pemikiran Islam, secara cerdas dan jernih menempatkan kedudukan ilmu dan agama pada posisi yang sangat harmonis. Tidak salah tentunya apabila ada ungkapan bahwa kemajuan pemikiran Islam terjadi manakala agama secara mutualis menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu. Agama bukan perkembangan ilmu sebagaimana terjadi di Barat tetapi justru merupakan pendorong sekaligus ruh bagi karakteristik keilmuan Islam.
ILMU DAN AGAMA SALING SAPA:
Ilmu dan Agama, tidak ada yang dapat diperbandingkan satu dengan yang lain dan keduanya tidak dapat ditempatkan pada posisi bersaing atau konflik.
Pendukung pendekatan ini menekankan bahwa permainan yang dimainkan ilmu menguji dunia natural, sedangkan permainan agama ialah mengungkapkan makna melampaui dunia nautral. Ilmu memusatkan perhatian bagaimana segala sesuatu terjadi di alam ini, sedangkan agama pada mengapa sesuatu itu terjadi dan ada (eksis). Ilmu berurusan dengan sebab-sebab, sedangkan agama makna. Ilmu berurusan dengan berbagai masalah yang dapat dipecahkan, sedangkan agama berurusan dengan misteri yang tidak mudah dipecahkan. Ilmu berusaha menjawab berbagai persoalan menyangkut cara kerja alam, sedangkan agama berurusan dengan landasan akhir alam. Ilmu memberi perhatian kepada kebenaran partikular sedang agama tertarik untuk menjelaskan kebenaran universal.
Ilmu dan agama mempunyai bahasa sendiri karena melayani fungsi yang berbeda dalam kehidupan manusia, agama berurusan dengan nilai dan makna tertinggi, sedangkan ilmu menelusuri cara benda-benda dan berurusan dengan fakta obyektif, agama rentan dengan perubahan karena sifatnya yang deduktif, sedangkan ilmu setiap saat bisa berubah karena sifatnya yang lebih induktif. Ilmu dan agama adalah dua domain independen yang dapat hidup bersama sepanjang mempertahankan "jarak aman" satu sama lain. Ilmu dan agama berada pada posisi sejajar dan tidak saling mengintervensi satu dengan yang lain.
KACAMATA PANDANG MULLA SADRA:
Dalam menyelami antara ilmu dan agama, membedakan dalam dua ranah pencermatan, pertama dilihat dari sisi wacana akademik, dan sisi lainnya dari hakikat hubungan.
[Wacana Akademik]
Dalam wacana akademik secara umum, hubungan ilmu dan agama dapat dibedakan dalam empat tipologi yaitu konflik, independen, dialog dan integrasi. Dalam tipologi konflik digambarkan bahwa oilmu dan agama sebagai dua entitas yang tidak dapat dipertemukan bahkan saling berlawanan. Kebenaran ilmu menegasikan kebenaran agama, demikian pula sebaliknya. Dalam tipologi independensi digambarkan bahwa ilmu dan agama meskipun tidak dapat dipertemukannamun keduanya tidak saling berlawanan. Tipologi ini dipandang sebagai tipologi yang cukup aman, karena masing-masing menghormati otoritas kebenaran masing-masing, sehingga tidak terjadi konflik. Namun, bagi ilmuwan yang religius, tipe ini membingungkan dan menimbulkan keputusasaan karena dalam saat yang sama ia harus menerima dua kebenaran yang berbeda/berlawanan, yaitu kebenran ilmiah yang dipahami akal dan kebenaran agama yang dipahami oleh iman.Dalam tipologi dialog digambarkan bahwa ilmu dan agama memiliki bahasa metode dan ukuran kebenaran yang masing-masing berbeda, namun tidak saling berlawanan bahkan saling mengisi dan menjelaskan satu sama lain.
REFLEKSI MULLA SADRA( KONSEP INTEGRASI ILMU DAN AGAMA)
Dalam merefleksikan integrasi ilmu dan agama, Mulla Sadra menggunakan pendekatan Otologis, Epistemologis dan Axiologis.
Konsep Ontologis:
Konsep Epistemologis
Konsep Exiologis [Belum tuntas]
Data buku
JUDUL:Integrasi Ilmu dan Agama Perspektif Filsafat Mulla Sadra
PENULIS: DR.Arqom Kuswanjono
PENERBIT: Badan Penerbit Filsafat UGM d/a Gedung Unit C, Fakultas Filsafat, Universitas Gajah Mada Yogyakarta, Jl. Olahraga Bulaksumu Yogyakart. Telp. 0274-901193. E-mail: BPFU@Filsafat.ugm.ac.id Dan Penerbit Lima d/a RT08/40 KD II Jaranan, Bangun Tapan Bantul, Yogyakarta 55981 Telpon +628121588233 E-mail: Lima_bookmaker@yahoo.co.id
ISBN: 978-979-25-3687-4
TEBAL: vii + 184.
[]
CETAKAN: I Januari 2010