Cari Sesuatu ?

Google

Wednesday, October 22, 2008

PERSOALAN EKSISTENSI DAN HAKIKAT ILMU


Suparlan Suhartono, Ph.D, adalah nama seorang-orang yang selalu akrab ditelinga siapa dsaja yang gandrung dengan filsafat ilmu.
Tulisannya telah berjimbun, dan diterbitkan oleh bebera penerbit. Gudang ini, beberapa bulan yang lalu juga telah menghadirkan tulisan Suprlan Suharto, Ph.D, Buku yang membentangkan Hakikat Ilmu, lewat buku Filsafat Ilmu Pengetahuan terbitan: Ar. Ruzz Jl. Anggrek No.97 A Sambilegi Lor RT 04. RW.57 Mangunharjo, Depok Sleman, Yogyakarta Telp. [0274] 7482086. HP. 081.642.72234. E-mail: arruzzwacana@yahoo.com
Kini Gudang kembali mengundang kehadiran buku-buku karyanya., utamanya yang bersinggungan dengan filsafat ilmu.
Data Buku
JUDUL: Filsafat Ilmu Pengetahuan [Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan]
PENULIS: uparlan Suhartono, Ph.D
PENERBIT: Ar-Ruzz Madia. Modinan Sambilegi 194 Manguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta. Telp. [0274] 4332223. E-mail: marketingarruzz@yahoo.co.id
ISBN: 979-25-4484-4
CETAKAN: I Juni 2008 [Cetakan lama telah diposting di gudang ini]
TEBAL: 180 hlm, 13,5 x 19 cm
SARING[Sadapan Ringkas]
Obyek Ilmu Pengetahuan:
Obyek studi Ilmu Pengetahuan selalu berada di dalam sepuluh kategori. Kesemuanya itu dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu subtansi atau diri, aksidensia mutlak berupa kuantitas dan klualitas, aksidensia relative berupa hubungan [relation], tindakan [action], derita [passion], ruang [space], waktu [time], keadaan [situation], dan kebiasaan [habit].

Kehadiran Filsafat Ilmu Pengetahuan di tengah-tengah pluralitas ilmu pengetahuan dan teknologi ini menuntut suatu pengembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi secara interdisipliner atau multidisipliner, dan diamalkan secara etis dan tidak bebas nilai. Upaya pengembangan dan pengamalan ilmu pengetahuan dan teknologi demikian itu terarah kepada dua sasaran pokok, yaitu untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia dan menjaga kelestarian lingkungan hidup dengan sumber daya alamnya.
Melihat "yang ada':
Buku ini membentangkan tentang yang ada sebagai berikut.
Dengan mengambil pemikiran bapak metafisika yang menyatakan bahwa setiap “yang ada” berada dalam suatu cara disebut 10 [sepuluh] kategori. Adapun kesepuluh kategori itu dapat dijelaskan kembali secara beba sebaga berikut:

  1. Setiap hal pasti berada di dalam “substance” au dirinya sendiri. Artinya, setiap hal pasti berada sebagai dirinya sendiri, bukan yang lain. Seorang pasti berada sebagai manusia, bukan mahklukm lain.
  2. Setiap hal pasti berada di dalam “quality” atau sifatnya sendiri. Keberadaan seorang sebagai manusia ditentukan oleh sifat khas kejiwaan cipta, rasa dan karsa kemanusiannya.
  3. Setiap hal pasti berada di dalam “quantity” atau bentuknya sendiri. Keberadaan seseorang sebagai manusia ditentukan oleh bentuk keragaman khas manusia.
  4. Setiap hal pasti berada di dalam “relation” atau hubungan dengan hal lain. Artinya, setiap hal tidak bisa berada dengan sendirinya. Keberadaannya serba terhubungkan dengan yang lain secara fungsional. Keberadaan manusia selalu ditentukan sepenuhnya oleh hubungan dengan sesama manusia dan alam
  5. Setiap hal pasti berada di dalam “action” atau tindakan tertentu. Artinya, terhadap yang lain sesuatu hal memerankan diri dalam predikat tertentu. “air” sebagai sumber kehidupan. “manusia” memerankan diri sebagai pemelihara kelangsungan hidupnya.
  6. Setiap hal pasti berada di dalam suatu “passion” atau derita tertentu atas tindakannya. Karena sebagai sumber kehidupan, air menajdi 0byek kehidupan. Atas perannya sebagai pemelihara kelangsungan kehidupan, maka manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan lingkungan
  7. Setiap hal pasti berada di dalam suatu “space” atau ruang tertentu. Dalam hubungannya dengan yang lain menurut peran masing-masing, pasti berjalan di dalam tempat tertentu. Menurut tempatnya, air bisa menjadi air sumur, air sungai, air selokan, dan sebagainya
  8. Setiap hal pasti berada di dalam suatu “tempo” atau waktu tertentu. Dengan keberadaannya di dalam ruang tertentu, maka sesuatu pasti juga berlangsung dalam waktu tertentu. Dalam waktu lain, air sumur menjadi air minum, dan sebagainya
  9. Setiap hal pasti berada di dalam “situs” atau keadaan tertentu, Kelangsungan keberadaan dalam tempat dan waktu tertentu itu berarti sesuatu hal berada dalam keadaan tertentu. Air bisa berarti sesuatu hal berada dalam keadaan tertentu. Air bisa dalam keadaan bersih pada sumbernya, lalu mendi kotor di muara sungai
  10. Setiap hal poasti berada di dalam “habitus” atau kebiasaan tertentu. Artinya, setiap jenis sesuatu selalu berada dalam habiutatnya sendiri-sendiri. Habitat air adalah tatanan lingkunagn yang seimbang, habitat “ikan” ada;ah air, habitat manusia adalah kreativitas untuk menyesuaikan diri, begitu seterusnya.

[ Catatan khusus, untuk pemanfaatan bagi pemikiran epistemic sebagai landasan studi filsafat pengetahuan]
Pertama: Pentingnya pengetahuan, Yaitu mengetahui secara benar tentang batas-batas pengetahuan, agar tidak melakukan penyelidikan dan pemikiran-pemikiran mengenai sesuatu hal yang pada akhirnya menjadi sia-sia karena tidak akan bisa diketahui. Tetapi, apakah pengehatuan hanya terbatas pada kemampuan pengalaman indra dan pemikiran saja?
Kedua, makna pengetahuan. Jika dikatakan bahwa seorang mempunyai pengetahuan, berarti ia mempunyai kepastian tentang sesuatu hal, dan bahwa apa yang dipikirkan di dalam pernyataan-pernyataan adalah sungguh-sungguh merupakan halnya sendiri. Tetapi, kenyataan membuktikan bahwa hamper tidak ada yang dapat dipastikan dalam kehidupan ini.
Ketiga, metode memperoleh pengetahuan, menentukan sifat kebenaran pengetahuan, yang terdiri Dari:

  1. Pengathaun empiric [empirism]. Mendapatkan pengetahuan melalui pengalaman indrawi. Sedangkan akal pikiran dipandang sebagai penampung segala hal yang dialami
  2. Metode Rasional [rationalism]. Pengetahuan bersumber dari akal pikiran. Pengalaman dipandang sebagai perangsang bagi akal pikiran. Kebenaran bukan pada diri sesuatu, malainkan pada idea.
  3. Metode fenomenologik [Fenomenologism I.Kant). Bahwa apa yang dapat diketahui tentang sesuatu hal itu hanyalah gejala-gejala saja, bukan halnya sendiri. Adapun gejala-gejala itu ada pada hubungan yang niscaya [pasti] antara sebab akibat.
  4. Metdode ilmiah, Memperoleh pengetahuan yang benar dan obyektif melalui cara ini, seperti ,melakukan pendekatan [approach] untuk menentukan lingkupan studi [scope] yang sering disebut obyek forma, untuk menetukan metode [method] yang cocok, apakah analisis ataukah sintesis, dan menetukan system kerja yang tepat, apakah terbuka ataukah tertutup, semuanya menjadi penting.

No comments: